Cacahan :Toharoh (Bersuci) dari segi Tasawuf



Toharoh atau bersuci adalah salah satu persyaratan dalam beberapa ibadah dalam Islam, ada beberapa macam toharoh, salah satu di antarnya adalah berwudhu, wudhu adalah rangkaian bersuci menggunakan air bersih lagi suci, ada beberapa persyaratan dari jenis-jenis air yang boleh dipakai untuk berwudhu, tapi di sini kita tidak akan membahasa hal itu, tapi lebih kepada pemaknaan dari toharoh dan wudhu itu sendiri.

Sebelum melaksanakan sholat, umat Islam diwajibkan untuk melakukan toharoh (bersuci) terlebih dahulu. Bila kita menganggap bahwa toharoh di sini adalah hanya pembersihan secara fisik saja atau bahkan mungkin sering kali kita tidak mengetahui mengapa kita harus melakukan ini dan itu, Imam Syafii berkata, "Setiap orang yang beramal tanpa ilmu, maka amalnya akan ditolak sia-sia." (Matan Zubad, juz I, hlm 2, Majallatul buhuts al-Islamiyah, juz 42, hlm 279)

Dalam kitab Zubad karangan Ibn Ruslan dikatakan:
wa kullu man bi ghairi ilmin ya'malu // a'maluhu mardudatun la tuqbalu. Setiap orang yang mengamalkan sesuatu tanpa ilmu // maka amalnya ditolak, tidak diterima. Setiap amalan yang kita tidak tahu ilmu tentangnya, maka sia-sia lah amalan yang dikerjakan. Akan tetapi adanya pernyataan tersebut bukan berarti kita mengatakan “yaudah gak usah beramal, lha wong kita beramal juga sia-sia, justru ketika tidak beramal maka itu lebih sia-sia lagi, artinya begini justru adanya pernyataan dalil tersebut memberikan penegasan bahwa mencari ilmu itu penting, mempelajari ilmu tentang amal-amal yang kita lakukan itu penting, kita tidak semata-mata taqlid atau mengikuti secara buta, adanya hal tersebut mendorong kita untuk mempelajari ilmu tentang hal tersebut.
Misalnya begini, apa yang kita ketahui tentang makna toharoh, apakah toharoh alias bersuci hanya secara fisik, cukup dengan berwudhu lalu itu sudah cukup? Bila secara fiqih mungkin bisa dikatakan sah, tapi apakah ia ketika kita akan menghadap Allah, menghambakan diri dihadapan-Nya, tapi di dalam diri kita masih bersemayam dendam, masih menempel hasad dan dengki, apakah itu pantas, kita hendak sholat, tapi di hati kita masih memikirkan rasa kesal, amarah bahkan dendam kepada orang lain, naudzubillah. Bila hanya sekedar sholat secara ritual maka siapapun bisa melakukannya, bahkan orang kafir sekalipun, mereka cukup melakukan gerakan sholat, begitu pun dengan berwudhu, bila sekedar melakukan wudhu maka siapapun bisa melakukannya, cukup membasuh tangan, wajah dan seterusnya hingga kaki, tapi wudhu itu bukan hanya sekedar praktek formal, namun juga kita harus memiliki ilmu tentang wudhu dan toharoh itu sendiri.

Ketika kita hendak sholat diwajibkan untuk toharoh (bersuci), maka kita harus memahami scara holistik, bahwa bersuci di sini bukan hanya mensucikan secara lahirian jasad saja, akan tetapi juga mensucikan batiniah qalbu, oleh karena itu mengapa diwajibkan toharoh sebelum sholat, hikmahnya adalah, selain membersihkan jasad fisik, toharoh juga harus dimaknai sebagi membersihkan batiniyyah qalbu, seetiap hendak sholat mulailah kita belajar mentoharohkan batiniyyah kita, bersihkan hati kita dari sifat-sifat dengki, hasad, iri, maafkan semua yang telah menyakiti, agar apa? Agar saat kita menghambakan diri di hadapan-Nya (sholat), diri kita benar-benar dalam keadaan bersih dan suci, apakah pantas ketika kita sholat tapi kita membawa dendam dalam hati kita, membawa kemarahan dan lain sebagainya. Di dalam Al-Quran dijelaskan bahwa Al-Quran tidak bisa disentuh kecuali oleh orang-orang yang disucikan

(78) pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh),
(79) tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. (QS.Waqiah ayat 78-79)

Beberapa tafsir, seperti di dalam tafsir Ibnu Katsir menafsirkan bahwa yang dimaksud kitab yang terpelihara adalah Al-Quran, dan tidak ada yang bisa menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan, Al-Quran sungguh tidak akan bisa disentuh, bukan tidak bisa disentuh secara fisik, bila menyentuh secara fisik maka siapapun bisa melakukannya, tapi tidak bisa menyentuh di sini yaitu makna dari Al-Quran tidak (masuk ke dalam qalbu), karena hanya orang-orang yang disucikan saja lah yang bisa menyentuhnya, karena apa tidak bisa masuk ke dalam qalbu?

Karena tadi itu, bersuci kita hanyalah bersuci secara praktik formal saja, maka jangan heran ketika membaca Al-Quran terasa begitu berat, rajin sholat dan membaca Quran namun akhlaknya naudzubillah korupsi terus misalnya, itu bukan salah sholat atau Al-Qurannya, tapi itu keasalahan karena ia beramal tanpa berilmu, ia tidak tahu sholatnya itu untuk apa, bersucinya itu untuk apa dan seperti apa, semuanya hanya dimaknai secara praktik formal tapi tidak dimaknai secara hikmah, seandainya toharoh itu dimaknai juga sebagai mensucikan hati dan dipikiran dari hal buruk dan sikap-sikap buruk, maka kehidupan umat akan damai dan tentram, dan itu adalah wujud nyata Manifestasi dari toharoh kita benar-benar mewujud dalam sikap sosial dan perilaku di lingkungan kehidupan.

#TantanganODOP2
#Onedayonepost
#odopbatch6
#NonFiksi

2 Komentar

Posting Komentar
Lebih baru Lebih lama