Lebih sulit untuk tidak menjadi apa-apa, dibanding menjadi apa-apa


"Merasa bahwa yang kamu lakukan belumlah apa-apa dan masih banyak kurangnya, kamu terus berbuat baik dan memberikan manfaat tanpa merasa menjadi apa-apa, hanya menjadi manusia seutuhnya."

Tidak apa-apa kalau diri kita belum menjadi apa-apa, pun tidak mengapa walau tak menjadi apa-apa. Tidak harus terkenal menjadi ini dan itu, tak mengapa kalau diri ini tidak menjadi seperti orang-orang terkenal, hebat dengan sederet penghargaan ini dan itu. Tidak melekat label diri sebagai ini dan itu.

Saya akan sedikit bercerita dan belajar kepada kedua orang ini, yang mungkin sebelumnya banyak di antara teman-teman semua tidak mengenal mereka yaitu Abah Akim dan Emak Dodah/Odah.

Yang pertama, saya akan menceritakan perihal Abah Akim terlebih dahulu, namanya Abah Akim (Abdullah Hakim Izzudin) Allahu yarham, beliau ini hanya seorang petani kecil di pelosok kampung, beliau bukan dosen, bukan kyai, bukan professor atau pejabat tinggi. Tempat tinggalnya hanya bilik panggung seperti rumah kampung pada umumnya. Tapi, begitu banyak yang ingin bersilaturahmi dan ingin mendengar nasihat dan qaul (ucapan) beliau.

Abah Akim tidak segan untuk membantu para tetangganya, semisalnya pernah suatu ketika ada tetangganya yang ngidam ikan Bayong, dan suami mereka tidak bisa menyelam ke rawa balong untuk mencarinya, mereka akan datang dan meminta tolong ke Abah Akim untuk mencarikan ikan bayong, dan Abah Akim akan berusaha mencarikannya dengan senang hati. Abah Akim memang mempunyai kemampuan menyelam di atas rata-rata orang pada umumnya, sehingga beliau dengan senang hati menggunakan kelebihan yang dimilikinya untuk membantu mereka yang membutuhkan bantuannya.

Pun misalnya ketika ada anak mereka yang sakit tertentu, semisal gatal kaligata dan sakit-sakit orang kampung pada umumnya, berbekal ilmu pengobatan tradisional dan pertabiban yang diajarkan oleh keluarga secara turun temurun, ia akan mengobati siapapun yang datang kepadanya tanpa meminta bayaran sepeserpun.

Pun bila ada penyakit yang tak umum dan tak bisa ditanganinya, ia akan mengatakan

"Ieu mh bawa ke dokter wae, coba diperiksa helan ka rumah sakit"

(ini bawa ke dokter saja, coba diperiksakan ke rumah sakit)

Hidupnya begitu bersahaja, bahkan Abah Akim sangat menjaga ketentraman dan kenyamanan tetangga dan lingkungan sekitarnya, apapun yang bisa ia perbantukan, ia akan membantu, apapun yang bisa ia tolong untuk sesama, maka akan menolong dengan kemampuannya.

Mengingat qaul Abah Akim, yang saya terjemahkan kurang lebih seperti ini.

"Lebih sulit untuk tidak menjadi apa-apa, dibanding menjadi apa-apa. Kalau kamu belum menjadi apa-apa, tidak mengapa, pun kalau tidak menjadi apa-apa, tidak apa-apa. Kamu tidak perlu menjadi ini dan itu, kamu cukup menjadi orang baik, membantu mereka yang kesusahan, menolong mereka yang membutuhkan pertolongan. Kamu berbuat baik dan memberikan banyak manfaat tanpa merasa bahwa kamu yang berperan besar, kamu berbuat baik tanpa merasa (mengaku-aku) ini bisa begini karena aku, ini menjadi besar dan berkembang karena aku, ini karena kebaikan dan kebermanfaatanku. Bisakah kamu terus berbuat baik dan memberikan kebermanfaatan dengan tetap merasa bahwa kamu bukan apa-apa, kamu terus berbuat baik dan memberikan manfaat tanpa kamu berkeinginan menjadi sesuatu yang kemudian bisa dilabeli dan dinilai hebat, keren atau luar biasa oleh orang lain, kamu terus merasa bahwa yang kamu lakukan belumlah apa-apa dan masih banyak kurangnya, kamu terus berbuat baik dan memberikan manfaat tanpa merasa menjadi apa-apa, hanya menjadi manusia seutuhnya."
Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama