SCALEUPJOURNEY - Hai, selamat bertemu kembali sahabat baik Journian, semoga semakin bertumbuh lebih baik di setiap harinya dan senantiasa diberikan kesehatan.
Kali ini, kita akan membahas tentang kunci hidup berdasarkan prinsip 2T, wah apa itu prinsip 2T? Prinsip 2T yaitu adalah "Tahu Diri" dan "Tahu Batas".
Maksudnya gimana tuh, nah ini bakal kita bahas bareng-bareng ya.
Agar hidup senantiasa ajeg, teguh dan senantiasa menghadirkan kebahagiaan, maka kita harus mengetahui tentang diri kita.
Baca juga : Filosofi Pesawat Kertas
Jadi, "Tahu Diri" di sini adalah kita mengenali dan mengetahui posisi diri kita sebagai apa, mau apa, mau bagaimana dan seperti apa.
Ketika kita sudah mengetahui, memahami dan mengenali posisi diri, maka kita akan lebih mudah untuk menempatkan posisi diri kita di keadaan dan kondisi apapun.
Misalnya, kita "Tahu Diri" jika kita ini hanya seorang hamba, maka kita sadar bahwa tak selayaknya kita merasa tinggi, angkuh, apalagi sombong, karena, kita ini hanya hamba, dan segala apa yang kita dapatkan hari ini pun suatu saat atau kelak nanti, pasti akan hilang, akan pergi, pun bila tidak hilang, pasti kita yang akan meninggalkan itu semua, kita akan mati.
Kita "Tahu Diri" jika kita ini bodoh dan amat kekurangan ilmu. Karena kita tahu hal tersebut, yaitu kita tahu diri kalau kita masih bodoh, maka kita akan terus berusaha dan belajar untuk terus mencari dan menambah wawasan serta ilmu, tidak mau bermalas-malasan apalagi berleha-leha. Karena, kita sadar jika diri kita masih bodoh, masih belum tahu apa-apa.
Misalnya, saya "Tahu Diri" jika saya pribadi ini bukan anak raja, bukan keturunan bangsawan, bukan keturunan orang terpandang. Maka, saya harus giat belajar, harus mau bekerja keras, harus punya etika dan adab, menjaga sikap dan tingkah laku. Sebab, tak ada permakluman dan tak ada bisa yang menjamin hidup saya.
Tapi, bukan berarti jika misalnya ia anak orang kaya, dari keturunan orang terpandang, anak seorang panggede, kemudian bisa bertingkah laku sesuka hati. Maksudnya bukan begitu, pun jika tingkah laku mereka misalnya ada yang menyimpang atau melanggar, setidaknya ada jaminan bagi diri mereka, mereka bisa membayar dengan hartanya, jabatan posisinya dan lain sebagainya.
Sedangkan, jika kita yang orang kecil misalnya, siapa yang akan menjamin, jika tingkah laku kita macam-macam alias banyak tingkah, maka tamatlah riwayat, maka itulah mengapa pentingnya untuk "Tahu Diri", yaitu tahu posisi diri sebagai apa dan seorang apakah diri kita ini.
Prinsip yang kedua adalah "Tahu Batas", yaitu mengetahui batas-batas diri, tidak melakukan sesuatu yang memang di luar kemampuan kita.
Misalnya, kita tahu batas, bahwa kita tak bisa memaksa orang lain untuk menjadi seperti apa yang kita mau, kita "tahu batas" bahwa kita tak bisa memaksa kondisi atau suatu keadaan agar sesuai dengan keinginan kita.
"Tahu Batas" adalah tidak mengikut campuri atau tidak repot-repot dengan sesuatu yang memang bukan ranah atau di luar kemampuan diri kita. Misalnya, terkait sikap dan sifat orang lain terhadap diri kita, hal itu di luar batas kemampuan kita, tak bisa memaksa mereka untuk menyukai atau tidak menilai, atau tidak berpikiran macam-macam terhadap diri kita.
Hal Itu di luar kemampuan diri kita, yang terpenting adalah kita tetap hidup berdasarkan nilai-nilai kebaikan, bagaimana orang lain akan menilai dan memandang, itu terserah mereka saja. Itulah yang disebut "Tahu Batas", mengetahui batas diri.
"Tahu Batas" adalah cukup mengendalikan apa yang bisa kita kendalikan, dan tidak memaksa sesuatu di luar itu. Misalnya, kita tak perlu banyak bertanya soal takdir Tuhan, atau tidak kepo alias tak ingin tahu dengan urusan orang lain yang memang bukan urusannya, tapi cukup berfokus pada perbaikan diri dan memberikan kebermanfaatan hidup sesuai kemampuan yang kita miliki. (Dipa Amarta Wikrama / @Sanikradufatih)***