#Cacahan : Tiada Aku (Menghilangkan sifat ke-Aku-an)

(sumber gambar https://aws-dist.brta.in/2017-07/shutterstock-158159663_1499036387.jpg)


Apa yang dimaksud dengan Tiada Aku, Tiada Aku adalah salah satu proses ataupun anak tangga yang mesti dilalui oleh setiap manusia yang ingin berusaha mencapai jalan hidup yang hakiki, Tiada Aku adalah proses untuk menghilangkan penderitaan sehingga kemudian kita bisa mendapatkan kebahagiaan.

Sifat ke-Aku-an adalah salah satu sumber dari penderitaan, mengapa dikatakan demikian? Karena sifat dan rasa ke-Aku-an akan memunculkan sifat Mengaku-ngaku (merampas/mengambil yang bukan haknya), Inilah Aku (kesombongan dan egoisme), Ini semua milikku (tamak), Ini punyaku (Kikir).

Padahal sedari awal, kita (manusia) lahir ke alam dunia ini tak ada seujung kuku pun yang manusia miliki. Sekarang pikirkan baik-baik, manakah di dunia ini yang benar-benar milik manusia? Adakah manusia yang menciptakan dirinya sendiri dan lahir dengan sendirinya, sungguh tidak ada sama sekali

Manusia pertama dalam agama samawi (Adam as) diciptakan oleh Allah dari tanah, lihat (Q.S Al Hijr ayat 26). Dan setelahnya, manusia tercipta secara biologis melalui hubungan seksual antara laki-laki dengan perempuan (Q.S Al Hujurat ayat 13), sedangkan proses penciptaannya dari awal manusia pertama (adam) hingga manusia berkembang biak (anak cucu adam) (Q.S. Al Mu'minun ayat 12-15).

Bila kita diciptakan maka itu berarti diri kita ini ada yang memiliki dan mempunyai (Q.S Al-Baqarah ayat 156) , bukan hanya manusia tapi seluruh makhluk di jagat alam raya ini ada yang memilikinya, siapa yang memiliki seluruh jagat raya dan segala isinya ini? Pemiliknya adalah Allah.

Maka segala sifat ke-Aku-an hanya pantas disandarkan kepada Sang Pemilik Segalanya, bukan kepada manusia yang hanya sebatas makhluk, hilangkan Aku dalam diri kita dan ganti dengan Nya, penglihatan ini milik-Nya, pendengaran ini milik-Nya, Jasad ini milik-Nya, segala di dunia ini adalah milik-Nya, bukan milik ku.

Bila kita tidak pernah merasa memiliki maka kita tidak akan pernah merasa kehilangan, akan tetapi bila kita merasa pernah memiliki sesuatu maka ketika sesuatu itu tiada maka kita akan merasa kehilangan, bila tidak dibarengi dengan kesadaran untuk menghilangkan sifat ke-Aku-an maka bisa jadi manusia akan mengalami stress, depresi atau bahkan tekanan jiwa karena tidak kuasa menahan rasa kehilangan.

Sifat ke-Aku-an akan memunculkan egoisme, keserakahan, ketamakan dan sifat-sifat merusak lainnya, maka meniadakan sifat ke-Aku-an adalah mesti dan wajib agar kehidupan setiap makhluk menjadi damai dan selamat. Segala apapun yang manusia miliki (baca: pinjaman) saat ini, itu hanyalah titipan, maka layaknya sebuah titipan harus dijaga dengan baik agar bila suatu saat diambil kembali oleh pemilik-Nya, ia akan kembali dalam keadaan baik. Dan gunakanlah titipan yang sudah dipercayakan untuk memberikan kebermanfaatan dan kemaslahatan kepada sesama makhluk, dititipkan tangan yang sempurna agar bisa menjaga dan memelihara, dititpkan lisan agar mengucapkan sesuatu yang bermanfaat, dititipkan pendengaran agar mau mendengarkan segala sesuatu yang baik (ilmu, nasehat).

Tidak ada satu pun Aku di dunia ini, segalanya adalah milik-Nya.

Alladziina idzaa ashaabat-hum mushiibatun qaaluu innaa lillaahi wa-innaa ilayhi raaji’uuna (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun (sesungguhnya kita ini milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nyalah kita akan kembali) (Q.S Al Baqarah ayat 156)


2 Komentar

  1. baca tulisan Sanik, jadi inget kana kisah Syekh Lemah Abang ^_^

    tulisanna dhualem, bagus amat (y)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hatur nuhun pisan pak, mhon arahan dan bimbingan na :)

      Hapus
Posting Komentar
Lebih baru Lebih lama