Mencintai dengan resiko paling menyakitkan



Cinta dalam doa, adalah mencintai dengan resiko paling menyakitkan, yang mengambil dan menempuh jalan ini dalam mencintai, maka ia harus siap dengan segala resiko dan kepedihan yang amat sangat berat deritanya.


Karena, hanya ia sendiri yang menanggung perasaannya, sedangkan yang dicintai tak pernah tahu tentang perasaannya. Ia bisa berbalas dan bisa juga tidak, karena yang dicintai tidak pernah tahu tentang perasaan seseorang yang mencintainya.


Bukan apa-apa, biasanya jalan ini ditempuh, karena ia ingin menjaga kesucian, menjaga fitrah yang murni dari cinta itu sendiri. Ia malu pada sang Maha pemberi cinta, ia malu pada Tuhan, ia malu jika harus mengotori hakikat cinta dengan berpacaran atau ubrang-abring, mengumbar romantisme semu, mengumbar cinta yang fana.


Jika belum mahram, ia merasa takut dan khawatir, karena hatinya sendiri belum memiliki keteguhan yang amat kuat untuk menjaga hasrat dirinya, ia takut jika terjerumus kepada hal-hal yang bisa menjatuhkan martabat dan kehormatan cinta itu sendiri.


Apakah yang berpacaran itu buruk, tidak juga, semua punya pilihan dan cara masing-masing dalam menjalani dan mengarungi bahtera perjalanan cintanya. Ada juga yang berpacaran namun tetap menjaga batasan-batasannya (jika merasa mampu untuk menjaga batasan itu, ya silakan saja lakukan). Kita tidak bisa menghakimi bahwa satu hal itu baik dan yang hal lainnya buruk, terutama perihal mencintai, semua orang punya caranya masing-masing.


Yang ingin berpacaran terlebih dahulu untuk menguatkan dan meyakinkan jalinan perasaannya, mengekspresikan perasaan cintanya sebelum ke jenjang yang serius, ya silakan. Mau hanya main-main pun ya silakan, tak ada yang melarang. Tapi, harus siap tanggung resikonya.


Dan, yang ingin mencintai dalam doa, dan ia mau bersabar, kemudian jika ia bersungguh-sungguh maka ia langsung mengajaknya pada jenjang yang serius dengan menikah, ya silakan, namun ia ada resiko untuk tidak berbalas, karena, selama ini yang muncul dan tumbuh perasaan cinta, itu hanya ada di dalam dirinya saja, sedangkan, untuk perasaan orang yang dicintai, kita tidak pernah tahu. Semuanya itu memiliki resikonya masing-masing.


Mencintai dalam doa di jalan yang sunyi, memang amat berat dan menyakitkan, ia adalah jalan yang hanya ditempuh oleh mereka yang mau bersabar menahan segala sakit dan deritanya, sebelum sampai akhirnya ia bersungguh-sungguh menyatakan perasaannya untuk keseriusan.


Mencintai dalam doa memang berat, tapi, ia memiliki kesudahan yang baik jika bisa dilalui dengan kesabaran dan ketabahan hati. Seperti halnya engkau bersabar diri dalam berpuasa, menahan dirimu untuk kesudahan yang baik. Betapa nikmat rasanya ketika sampai pada waktunya engkau berbuka puasa, engkau makan dan minum di waktu yang dihalalkan bagi mereka yang berpuasa.


Bagi engkau yang mencintai dalam doa di jalan yang sunyi, jika sudah waktunya, dan engkau sudah bersiap diri dengan sebaik-baiknya, maka nyatakanlah perasaan itu pada yang dicintai, cintamu berbalas atau tidak, itu bukan urusanmu.


Yang harus engkau lakukan adalah menjaga fitrah dan kesucian dalam mencintai, ketika engkau ridho dengan segala keputusan dan kehendak-Nya, yakinlah bahwa ada kesudahan yang baik dari kesabaran dan ketabahan hatimu ketika engkau mencintai dalam doa.

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama