Singleness

Singleness, kemampuan Bertahan Dalam Kesendirian di Segala Situasi di Kondisi Apapun


Tulisan ini terinspirasi dari perkataan Yerry Pattinasarany, ketika mengemukakan istilah singleness sebagai sebuah konsep hidup. Kemudian, saya mencoba mengembangkan dan mendedahkan makna singleness di era sekarang dan mengambil nilai-nilai singleness yang dirasa relate dan relevan.


Kemampuan singleness, pada intinya adalah kemampuan untuk tidak bergantung kepada sesuatu di luar diri. Terlebih di zaman sekarang ini, yang di mana, nilai dari segala sesuatu hampir sebagian besar selalu diukur dari untung rugi, nilai materialistik. Aku dekat dan mau tolong kamu kalau nantinya aku dapat benefit atau sesuatu yang menguntungkan.


Tak ada lagi kesejatian dalam relasi, mulai dari pekerjaan, pertemanan, bahkan keluarga (kecuali sebagian kecil), di zaman serba materil, segala sesuatu adalah persaingan, utamanya mencari untung, tidak peduli saudara atau teman, apalagi saingan, tentulah dilibas, dijegal, bahkan, kalau bisa, mungkin dihancurkan tanpa sisa.


Kebahagiaan diri kita, bukanlah tanggung jawab orang lain, tapi tanggung jawab diri kita sendiri, orang lain (termasuk pasangan) tidak berkewajiban terhadap kebahagiaan diri kita, tapi mereka berhak jika ingin memberikan kebahagiaan untuk kita. Ketika orang lain ingin membahagiakan, ingin berbuat baik pada kita, maka itu adalah hak mereka, ingat itu adalah hak, bukan kewajiban.


Karena ataupun tanpa orang lain, kebahagiaan adalah tanggung jawab diri kita sendiri, kita sendirilah yang berkewajiban menemukan atau membuat kebahagiaan itu terhadap diri sendiri, kalau bisa, bagikanlah kebahagiaan itu untuk sesama makhluk yang lain.


Kembali kepada singleness, maka kemampuan singleness di zaman ini sangat diperlukan, karena apa?

Yang pertama, orang lain tidak akan bertanggung jawab terhadap kebahagiaan dan kondisi yang kita alami. Jangan bermimpi akan datang pangeran berkuda dengan baru zirah emas, kemudian dengan mudahnya memberikan kebahagiaan dan mengangkatmu dari penderitaan, atau menunggu kehadiran putri cantik jelita yang turun dari langit kahyangan, mencabut semua derita luka dan memberikanmu kebahagiaan. Itu adalah 1 milyar berbanding 0,01 milyar, hampir dikatakan mustahil.


Maka yang penting apa? Yang penting adalah kemampuan singleness tadi, karena kita sadar, tak mungkin menunggu keajaiban dari pangeran berkuda atau putri cantik jelita yang memberikan kebahagiaan, maka kita harus mampu bertahan dan berpegang teguh pada ke-diri-an kita sendiri (dan berpegang teguh pada Tuhan tentunya, bagi yang beriman).


Kesepian dan sendirian memang sesuatu yang menakutkankan bagi banyak orang, bahkan leluhur umat manusia pun, Adam, telah merasakan betapa getir dan pahitnya sendirian dan kesepian. Tapi, pada waktu-waktunya, hal tersebut (kesepian dan sendirian) adalah sesuatu yang pasti bakal terjadi, tak bisa dihindari dan pasti menimpa umat manusia, di alam kubur pun engkau akan sendirian (bagi yang percaya dan beriman).


Kenapa kebanyakan manusia takut pada kesepian dan sendirian? Karena, mereka menganggap sepi dan sendirian adalah sesuatu yang menakutkan atau sesuatu yang tidak menyenangkan. Padahal, hal itu bisa berubah ketika kita mengubah pandangan kita terhadap kesepian dan kesendirian, mengapa tidak kita jadikan mereka sebagai teman atau bahkan sahabat sejati, karena, pada hakikatnya, engkau akan berada di dalam kesepian dan kesendirian. Entah itu di masa tua, saat ini, atau bahkan di alam kubur.


Maka, belajarlah membiasakan diri untuk cukup berpegang pada diri sendiri (dan Tuhan), jangan berharap orang lain akan memberikanmu kebahagiaan. Karena, sekali lagi, orang lain tidak akan pernah bertanggung jawab terhadap apapun kondisi yang kamu alami. Tapi, dirimu sendirilah yang bertanggung jawab terhadap kondisi dan apapun yang kamu alami.


Berusahalah dengan apa yang bisa kamu upayakan dengan sekemampuan dirimu, jangan takut sendirian, jangan risau dengan rasa sepi, jadikan ia sahabat sejatimu. Kan bisa tuh si sepi diajak duduk sambil ngopi, sebats (sebatang) gudang garam sambil taddabur alam melihat lukisan indah langit malam, kemudian minta si sepi untuk nemenin kita menulis puisi, bikin lukisan, bikin lirik, atau apa aja sih, bebas aja itu mah, heheh. Disesuaikan lah ya. Intinya, jangan takut kesepian, jangan takut sendirian.

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama