Fenomena Flexing, Pamer Kekayaan di Sosmed, Waspada, Ternyata Ini Tujuannya


Beberapa belakangan ini, kita sering mendengar istilah crazy rich, sultan medan, sultan surabaya dan sebutan lainnya untuk mereka yang dianggap kaya raya dan populer di media sosial.


Orang-orang yang katanya "kaya raya" di sosial media, mempertontonkan berbagai kemewahan, seperti menjemput anaknya sekolah pakai Lamborghini, pamer tas branded, makan di kapal pesiar, rumah mewah yang besar, lagi bete terus bikin konten beli Tesla 1,9 Milyar saat tengah malam, atau beli mobil 9 Milyar gak pake mikir atau "cek saldonya dong ganteng", saat diperlihatkan, saldonya milyaran, padahal umurnya masih muda, pamer foto-foto liburan di luar negeri, kasih kado jet pribadi harga triliyunan, beli es krim 400 juta chek, nongkrong makan di tempat mahal dan lain sebagainya, dipamerkan.


Orang yang berpikir dengan akal sehat dan orang yang memang kaya raya sungguhan, hanya tertawa melihat hal seperti itu. Ada istilah "Orang miskin teriak, orang kaya bisik-bisik," Orang yang kaya sungguhan, ia tak perlu menunjukkan dirinya kaya raya, karena kaya adalah sikap mental, bagi mereka yang kaya sungguhan, justru memamerkan kekayaan adalah sesuatu yang mengundang penyakit dan masalah, mendatangkan marabahaya dan penyakit.


Bagi mereka yang kaya sungguhan, justru private is first, mereka tidak ingin diketahui jalan-jalan ke mana, punya apa atau sedang di mana, karena, hal itu adalah sesuatu yang pribadi. Dan, yang utama, mereka pasti akan dikejar oleh Ditjen Pajak. Oleh karena itu, mereka yang kaya sungguhan, tak akan mempertontonkan kekayaannya.


Tapi, kenapa sekarang muncul fenomena orang pamer kekayaan di sosial media, atau istilah sekarang adalah flexing, yang akhirnya, hal tersebut pun menjadi trigger bagi orang kaya baru atau menengah, yaitu mereka yang memang kaya sungguhan (walau pun gak kaya-kaya amat) kemudian ikut-ikutan tren flexing ini, yang sebenarnya mereka sendiri tidak tahu tujuan dari pamer kekayaan yang mereka lakukan itu untuk apa.


Sedangkan, bagi mereka yang katanya dijuluki sultan, crazy rich atau sebagainya, ternyata hal tersebut bisa menjadi salah satu model marketing, khususnya marketing untuk menawarkan dan menarik investasi atau membagikan kode referral tertentu.


Kenapa mereka mesti melakukan hal itu,  karena itu adalah bagian dari marketing, untuk membuat orang lain percaya, agar mereka mau menyimpan modal atau berinvestasi. Dengan menunjukkan kekayaan dan kemewahan, seolah mereka ingin menyampaikan pesan "kamu mau cepat kayak seperti saya, ikut saya, simpan investasi di saya"


Selanjutnya, ini juga karena sifat dasar manusia itu sendiri, kebanyakan manusia itu malas, ingin mendapatkan kekayaan dan kemewahan dengan cepat dan tak mau bersusah payah. Sehingga, ketika diiming-imingi kekayaan dengan cara yang cepat dan instan, mereka mudah tergiur.


Pada akhirnya, mereka yang pamer kekayaan itu, sesungguhnya sedang melakukan marketing untuk menarik investor, entah tujuan baik atau buruk, kita tidak tahu. Tapi, dari beberapa kasus, silakan baca beritanya sendiri, bahwa banyak kasus wan prestasi dalam kerjasama bisnis, dengan dalih bangkrut dan lain sebagainya, kalau sudah begitu, maka kita cuma bisa gigit jari.


Atau lebih tepatnya hal tersebut adalah penipuan secara halus, uang investasi yang kalian tanamkan ternyata hanya dipakai sebagai money game dan memperkaya diri sendiri, dan hanya diputarkan seperti sistem ponzi dalam MLM, atau ujung-ujungnya nyari mangsa, agar kamu masuk referral trading yang dia marketingkan atau promosikan.


Bahkan, mereka lebih canggih lagi, saat sudah dapat modal segar dana investor, mereka membuat lini usaha untuk diri mereka sendiri. Jadi, hati-hati dengan fenomena flexing, jangan mudah tergiur investasi dengan return cepat, cek dulu profilnya, track record dan lain sebagainya.


Selain itu, yang tak habis pikir adalah, ternyata, model yang seperti ini ada komunitasnya, ada jejaring kelompoknya, ada komplotannya. Misalnya, untuk para perempuan sosialita selebgram, di beberapa negara tertentu, mereka ada pelatihannya, kemudian patungan untuk sewa barang mahal dan mewah, mereka patungan bareng-bareng untuk liburan ke suatu tempat yang mahal, kemudian foto di tempat itu dan diunggah ke sosial media, mereka saling bergantian. Sehingga orang awam, akan melihat bahwa mereka sangat berkelas, padahal modal patungan dan sewa saja, bukan sungguhan punya mereka. Kemudian, di sosmed saling adu kemewahan, bikin konten untuk saling pamer siapa yang lebih kaya, padahal, mereka itu bisa jadi satu komplotan.


Kalau saya, justru semakin sederhana orang tersebut, saya malah makin was-was, bisa jadi dia bukan orang sembarangan, sehingga saya selalu berhati-hati dan tetap menghargai siapapun dan tidak pernah menggangap rendah orang lain. Dan, tidak mudah tergiur oleh orang-orang yang pamer dengan kekayaannya, bisa jadi cuma kelihatan kaya saja.

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama