(Sumber gambar dari Google) |
Padang
rembulan
kali ini terasa berbeda, karena bulan purnama terlihat lebih dekat
dan sangat terang, kalau orang-orang kekinian menyebutnya sebagai
fenomena Super moon, saking terangnya cahaya dari Super Moon
tersebut, anak-anak perempuan di majelis aksara bisa melihat lubang
jarum dan memasukan benang ke dalamnya dengan jelas tanpa bantuan
lampu teplok atau penerangan lainnya. Seperti biasa kegiatan rutin di
majelis aksara, kami akan mendengarkan Cacahan (pelajaran dari guru
kami),
tak lama beberapa saat kemudian guru pun datang dan duduk di atas
mastabah[1].
“Hari
ini kita akan membahas tentang ADA”,
ucap guru
“Apakah
yang dimaksud dengan Ada,
Apakah Ada
itu adalah suatu bentuk wujud materi dari keberadaan sesuatu benda
ataukah bisa juga sebaliknya”
Semua
murid memasang telinga dengan sigap dan serius mendengarkan Guru.
“kita
tidak bisa menjelaskan “Ada”
secara makna tunggal, karena “Ada”
itu terbagi menjadi dua, yaitu “Ada”
secara Izati
( wujud materi) dan “Ada”
secara Idafi
(non materi).
“Yang
pertama penjelasan tentang Ada
secara Izati
yaitu
keberadaan sesuatu dalam bentuk dan wujud zat materi yang bisa kita
lihat, contohnya seperti apa, misalnya kursi, pepohonan, batu, bumi,
bulan, matahari, manusia, patung dan bahkan udara sekalipun, karena
udara memiliki bentuknya dalam wujud molekul atom terkecil, dan
pengertian Ada
secara Izati
terbagi lagi menjadi dua jenis, yaitu" :
Ada
dalam pengertian bentuk abstrak
(tidak
beraturan) dan Ada
dalam pengertian bentuk nyata, pengertian Ada
dalam bentuk abstrak misalnya cahaya, yang keberadannya mewujud dalam
terang dan gelap atau suhu yang mewujud melalui dingin dan panas,
yang diukur melalui tekanan udara, secara wujud kita memang tidak
bisa melihat bentuknya secara jelas, bagaimanakah bentuk cahaya atau
suhu itu, apakah bentuknya kotak, lingkaran atau gelombang seperti
benang, seperti apakah warnanya aslinya, apakah berwarna kuning,
putih, biru atau merah ataukah warna tersebut tergantung dari mana
cahaya itu bersumber, bagaimana teksturnya dan apakah mereka memiliki
jangka masa batas akhir layaknya wujud materi yang lain semisal kayu
yang akan melapuk atau seperti besi yang berkarat dan akhirnya habis
lalu menghilang? Kita tidak bisa mengetahui wujudnya yang secara
nyata yang tetap (asli), tapi kita masih bisa melihat wujudnya secara
abstrak, kita masih bisa mengukurnya dengan hitungan, kita bisa
melihat cahaya atau merasakan tekanan udara.”
Lalu
yang kedua adalah Ada secara Idafi alias ada secara non
material, tidak mewujud dalam bentuk materi dan tidak bisa diukur,
namun pasti keber”Ada”annya.
nyata
“Ada”nya
keberadaan dari sesuatu hal tersebut, karena akal sehat kita dan
perasaan hati kita bisa merasakan hal itu, misalnya kita ambil contoh
yang mudah adalah perasaan kita, yaitu rasa cinta, rindu, yakin,
sabar, ikhlas
atau kebalikan dari perasaan tersebut seperti amarah, benci, dendam,
iri, dengki, hasad, aniaya dan khianat.
Ada
secara
Idafi
yaitu
keberadaan sesuatu yang keberadaannya diwujudkan melalui perantara
keberadaan yang lain, sehingga keberadaan perantara keberadaan yang
lain itulah yang menjadi bukti nyata bahwa sesuatu itu ada, misalnya
adalah keberadaan rasa cinta, bisakah kita melihat bagaimanakah wujud
nyata secara materi dari perasaan cinta tersebut?
apakah
benar bahwa bentuk cinta itu sama seperti bentuk hati (love)
yaitu mirip bentuk segitiga terbalik namun memiliki lengkungan di
garis tengahnya, seperti yang umumnya kita ketahui, apakah warnanya
merah muda, seperti apakah cinta itu, bila tidak mewujud dalam bentuk
materi bisakah cinta itu disebut sebagai sesuatu yang Ada.
Jadi
sesuatu yang Ada itu tidak selalu dan tidak harus mewujud
dalam bentuk materi, tapi kita yakin bahwa cinta itu keberadaannya
Ada dan nyata dalam kehidupan bagi manusia yang memiliki akal
sehat (hikmah) dan hati yang bersih, walaupun kita tidak pernah
mengetahui wujud nyata yang berbentuk secara materi dari pada cinta,
tapi kita yakin bahwa cinta itu ada.
Lalu
bagaimanakah kita bisa yakin bahwa cinta itu ada, kita bisa yakin
bahwa cinta itu Ada karena diwujudkan melalui sebuah perantara
atau keberadaannya bisa menjadi Ada karena diwujudkan melalui
perantara sesuatu, yaitu melalui sikap, tindakan dan perilaku.
Keber”Ada”an
cinta bisa
diketahui melalui sikap dan tindakan kita atau juga sebaliknya
misalnya amarah, kita bisa mengetahui bahwa amarah itu Ada
karena mewujud dari sikap dan perilaku kita.
Begitu
juga dengan keberadaan kita sebagai manusia, keberadaan siang dan
malam, keberadaan bumi, bulan, matahari, planet-planet dan juga alam
semesta, itu semua adalah perantara untuk memberitahukan dari sesuatu
yang “ADA” walaupun kita tidak pernah sekalipun
melihatnya, tapi melalui perantara-perantara yang Dia ciptakan, kita
menjadi yakin bahwa Dia yang kita sebut sebagai Tuhan itu sungguh Ada
dan nyata keber”Ada”annya.