Mulailah dari Akhir
Heumm…, menurut temen-temen, kira-kira ada yang aneh gak dari judul ini?,
mungkin agak sedikit aneh ya, yaitu memulai dari akhir, kan biasanya memulai
itu harusnya dari awal ya, koq ini malah memulai dari akhir. Di gim juga kan
biasanya start game yaa kan kalau mau
mulai permainan, bukan End game, kalau
End berarti berakhir donk. Ternyata gak
juga, Akhir bisa menjadi awal dari
segalanya, Nol bisa menjadi awal dari angka berikutnya. Memulai dari akhir yang
aku maksud di sini tuh kita memulai sesuatu dari tujuan akhir kita, supaya kita
gak jenuh, gak merasa lelah atau bahkan tersesat. Untuk memulai sesuatu maka
kita harus menentukan akhirnya, agar apa?, agar kita tahu hal-hal apa saja yang
mesti kita lakukan untuk bisa mencapai titik akhir tersebut.
Mari kita ambil sebuah contoh sederhana, misalnya kamu mau naik kereta
tapi kamu gak tahu tujuan akhir kamu mau kemana, mau ngapain dan untuk apa
tujuan atau tempat itu kamu capai. Sebelum
kamu naik kereta tentu kamu harus tahu hendak kemana dan tempat tujuan apa yang
hendak dicapai. Kebanyakan manusia di dunia ini, bila digambarkan maka persis
seperti seorang penumpang kereta tadi, hanya naik kereta namun ia tidak tahu
untuk apa, ia tidak tahu hendak kemana atau melakukan apa. Inilah pentingnya
mengapa kita harus memulai sesuatu dari akhir, karena dengan mengetahui tujuan
akhir maka kita tidak akan bingung, kita tidak akan direpotkan oleh aktifitas
yang membuat waktu kita menjadi sia-sia. Kebanyakan dari kita kadang keliru
dengan hanya memulai sesuatu namun tanpa tahu tujuan akhir dari sesuatu
tersebut.
Begitu juga dengan konsep kehidupan yang kita jalani, pernahkah kita bertanya
tentang hidup ini?, tentang mengapa kita mesti dilahirkan ke dunia ini, untuk
apa, mau ngapain dan bagaimana akhir dari kehidupan yang kita jalani ini. Bila
hidup yang kita jalani hanya sekedar mempertahankan hidup, lalu apa bedanya
dengan hewan. Hewan pun membangun rumah, memiliki pasangan, beranak pinak dan
mencari makan, hanya saja hewan tak mengenal uang. Pernahkah kita bertanya
kembali tentang apa-apa yang pernah kita yakini, bertanya tentang sesuatu yang
kita kejar, bertanya tentang banyak hal soal kehidupan ini, sudahkah kita
mengenal diri kita, siapakah kita ini. Semisal ketika kita menginginkan rumah
impian, mempunyai pasangan hidup yang menyenangkan, bisa traveling kemanapun
yang kita mau, mengoleksi benda-benda kesukaan atau segala apapun yang kita
inginkan. Mempelajari bahasa asing, mengejar pendidikan tinggi, membangun
bisnis yang besar, dipandang dan dihormati banyak orang dan memiliki uang yang
banyak. Untuk apa semua hal itu kita lakukan yang padahal semua itu akan
menjadi NIHIL saat dihadapkan pada kematian, kematian mengubah segalanya
menjadi NOL, saat kematian datang tak ada bedanya antara orang yang memiliki
mobil dengan yang tidak punya mobil, antara yang bisa berbahasa inggris dengan
yang tak bisa berbahasa inggris, antara yang memiliki jabatan dengan yang tak
punya jabatan, antara yang pernah keliling dunia dengan yang belum pernah
kemana-mana. Ketika mati, semuanya terbujur kaku dan tak bisa melakukan
apa-apa, kematian tak pernah peduli dengan apapun yang kamu miliki, kematian
tidak peduli pada jabatan yang kita miliki, kematian tidak peduli pada mobil
yang kita punya. Saat kematian datang semuanya sama saja yaitu menjadi NOL
kembali.
Di dunia ini hanya satu hal yang tak bisa disuap oleh manusia, yaitu
malaikat maut, bila ia sudah datang untuk mencabut nyawa maka taka da yang bisa
mencegahnya walaupun disogok emas bergunung-gunung ia takan peduli. Sekalipun
uang kita segunung atau emas kita selautan maka hal itu tak bisa mengubah
takdir kematian, saat kematian tiba kita tidak bisa meminta penangguhan. Bila
sudah waktunya mati maka pasti nanti akan mati. Lalu untuk apakah semua hal itu
kita lakukan, misalnya seperti aku yang ingin menjadi penulis besar, untuk apa
hal itu aku lakukan?, pernahkah kita bertanya pada diri kita sendiri tentang
hal ini, aku takan memberitahukannya pada kalian, agar kalian mencari sendiri
tentang makna hidup yang kita semua jalani, untuk apakah hidup yang kita jalani
ini. Dan aku sudah memulai segala sesuatunya dari akhir.
Wahai Kasih, suatu hari kita akan tiada, dahulu kala kita tiada kemudian
kita ada dan akhirnya kita kembali pada ketiadaan itu. Sudahkan engkau berpikir
tentang untuk apakah kehidupan ini, pekerjaan-pekerjaan yang dijalani, hal-hal
yang kau senangi semuanya akan hilang saat kau tiada nanti. Aku tertawa dan aku
menangis, aku bersedih dan aku bahagia, aku menggenggam dan aku melepaskan, aku
adalah kehidupan itu sendiri dan aku adalah kematian itu sendiri. Dan aku
adalah segala peristiwa dan kejadian ku sendiri.
Oleh karena itu, sebelum memulai sesuatu maka tentukanlah atau
ketahuilah bagaimana akhirnya nanti, seperti apakah tujuannya nanti, semisal
ketika kita memutuskan untuk memilih sesuatu maka ketahuilah atau bagaimana
akhir dari tujuan pilihan itu. Kamu memilih bekerja di suatu perusahaan atau
bidang tertentu maka kamu harus mengetahui bagaimana akhirnya nanti, kamu
memutuskan untuk berhenti maka ketahuilah seperti apa akhir yang kau inginkan
nanti. Seperti halnya membuatnya cerita kita mesti tahu seperti apakah akhir
dari cerita itu, karena hidup ini adalah cerita. Seperti apakah akhir dari
kehidupan yang kita jalani ini?