Law of Life 1 : Reaksi Sesuai Aksi


SCALEUPJOURNEY - Hi sobat Journian semua, gimana kabarnya, di sela-sela kehidupan yang mungkin riweuh begini, semoga masih tetap struggle dan waras ya hehehe, soalnya banyak loh yang mengalami micro depresi, tapi gak disadari, sedikit demi sedikit menumpuk, dan pada suatu waktu, ia bisa saja meledak dengan dahsyat. Ngeri banget kan.

Oleh karena itu, untuk mengurangi micro depresi, kita perlu memberikan sajian atau makanan untuk pikiran kita, yang butuh makan bukan cuma badan fisik loh, pikiran kita juga perlu diberi makan, agar senantiasa hidup dan bertumbuh.

Semoga Journian semua senantiasa diberikan kesehatan dan ketenangan hidup, baiklah, beberapa waktu yang lalu, saya sempat terpikir, sepertinya jika artikel-artikel scale up journey ditulis secara tematis, itu akan lebih mudah untuk dipahami dan dipelajari.

Baca juga : Perempuan Bukan Pelayan, Kami adalah Mitra Untuk Bersama-sama Bertumbuh dari Pemikiran Simone De Beauvoir

Karenanya, di serial tulisan kali ini, kita mengangkat tema serial "Law of Life" yaitu hukum kehidupan, yaitu hukum yang sudah ada dari sononya dan perlu bahkan mesti kita sadari hukum yang berlaku tersebut, agar kita lebih mudah dan mengerti cara menjalani kehidupan dengan bijak dan baik.

Kali ini, kita akan membahas tentang hukum fisika kehidupan, ini terinspirasi dari hukum resultan gaya dalam rumus fisika, bahwa segala sesuatu yang kita terima, itu juga ada sebab atau tergantung dari seberapa besar gaya atau aksi yang kita berikan terhadap sesuatu atau objek tersebut.

Untuk Law of Life kali ini, kita akan membahas hukum "Aksi Sesuai Reaksi" hukum ini berlaku mutlak dalam kehidupan, dalam praktek penerapannya adalah begini.

Baca juga : Filosofi Anglaras Ilining Banyu Angeli, Ananging Ora Keli dari Sunan Kalijaga

"Effort yang kita berikan kepada sesuatu hal, maka reaksinya akan sebanding dari effort yang diberikan, namun, dalam hal ini juga berlaku hukum kelebaman, yaitu, tidak semua aksi yang kita berikan, langsung memberikan dampak reaksi, biasanya ada space waktu atau ada tenggat waktu untuk sesuatu atau objek tersebut bereaksi."

Misalnya begini, kita ingin mendapatkan A, tapi aksi yang kita lakukan untuk mendapatkan A tersebut sangat minim, maka hasil yang kita dapatkan dari A tersebut pun sangat minim.

Segala sesuatu yang kita dapatkan atau reaksi yang kita terima, itu tergantung dari seberapa besar effort atau aksi atau gaya tekanan yang kita berikan kepada objek tersebut.

Baca juga : Filosofi Bus Mewah Orang-orang yang Lupa Tujuan dari Herbert Marcuse

Kalau aksinya minim, biasa-biasa aja, tentu jangan berharap akan mendapatkan hasil atau timbal balik reaksi yang besar. Karena, aksi yang dilakukan pun minim, tentu hasilnya minim. Kecuali jika melakukan cheat atau kecurangan, mengakali atau melakukan eksploitasi terhadap objek lain yang biasanya akan ada dampak kerugian dari perbuatan curang tersebut.

Hukum aksi reaksi pun berlaku di sini, sesuatu yang didapatkan dengan mudah dan cepat, maka ia pun akan mudah hilang dengan cepat, takkan bertahan lama.

Oleh sebab itu, ketika kita memiliki keinginan, cita-cita atau apapun itu, maka yang perlu terus kita kembang dan tingkatkan adalah seberapa besar aksi yang kita berikan untuk objek tersebut. Semakin besar aksi yang diberikan, maka reaksi yang didapatkan pun akan setara bahkan bisa lebih besar, tergantung objek dan hukum kelebaman yang berlaku.

Baca juga : Membangun Mental Resilience

Jika di dalam kehidupan, maka bisa tergantung objek yang kita tuju, semakin besar dan tinggi objek tersebut, maka effortnya atau aksinya pun harus disesuaikan dengan objek tersebut.

Mudahnya gini deh, kalau kita ingin jadi musisi berkelas dan mahir, maka kita harus punya aksi dan effort yang sesuai, seperti mengikuti les musik, menyediakan waktu khusus untuk belajar musik, membangun jejaring dengan komunitas musik, mengikuti kompetisi dan kejuaraan musik, menciptakan musik dan lain sebagainya. Kalau cuma duduk-duduk main gitar atau piano tanpa mau usaha lebih, jangan berharap bisa jadi musisi handal dan berkelas.

Atau misalnya ingin menjadi pemain sepak bola kelas dunia, maka latihannya pun harus latihan standard kelas dunia, jika orang lain umumnya latihan hanya 2 jam, maka kamu 4 jam, jika yang lain berlari hanya 10 putaran, maka kamu berlari 15 putaran. Jika yang lain membaca satu buku, kita membaca dua buku.

Lakukanlah sesuatu hal yang lebih baik dibandingkan apa yang dilakukan oleh orang lain, maka kamu akan melihat sendiri nanti hasilnya. (Dipa Amarta Wikrama / Sanik Radu Fatih)***

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama