Turning Point and Rise Up


SCALEUPJOURNEY - Salam rindu untuk sahabat Journian semua, gimana nih kabarnya, semoga dalam keadaan sehat dan baik ya. Peluk hangat untuk sahabat Journian semua, apapun yang sedang dialami dan dihadapi oleh sahabat Journian di pekan ini, khususnya yang lagi struggle dan berjuang atau mungkin ada yang lagi mengalami down atau entah apapun itu, semoga kalian bisa menyelesaikan, menghadapi dan melewati itu semua dengan baik.

Mungkin ada yang mengalami gagal nikah, yang dikhianatin pasangan, yang kehilangan kerjaan, yang tertekan dan mumet oleh setumpuk target kerjaan, yang kehilangan orang tersayang, yang mimpinya kandas di tengah jalan atau gak kesampaian, bisnis yang lagi bangkrut atau mungkin skripsi yang belum lekas beres, fresh graduate yang belum dapat kerjaan atau ada yang waswas karena belum dipertemukan jodoh, yang belum dikarunia momongan atau hal apapun itu yang bikin sahabat Journian ngerasa berat banget, down atau ngerasa sedih banget. Inget ini, ada pesan dari scaleupjourney buat kalian.

Ada satu pesan yang ingin scaleupjourney sampaikan buat sahabat Journian yang lagi mengalami hal-hal yang mungkin gak enak banget di hidup ini atau lagi down.


"Kalian hebat, kita bangga sama kalian - udah mau bertahan dan berjuang sampai sejauh ini, masih mau mencoba bangkit dan berdiri walau kenyataannya memang getir dan pahit, masih mau berjalan walau mungkin dalam keadaan tertatih. Tapi, kita berharap, seberat apa pun masalah atau kejadian yang sedang dihadapi, jangan pernah merasa sendiri, emang gak ada cara yang mudah untuk menghadapi segala duka, tapi - gak ada cara lain juga selain kita harus menerimanya.

Karena, suka dan duka itu ibarat mata koin, penderitaan dan kebahagiaan adalah sesuatu hal yang sudah melekat semenjak kita lahir ke dunia. Kalau mau sedih ya sedih aja, mau nangis ya nangis aja, gak apa-apa kok, kita bukan Superman atau robot yang gak punya perasaan, kita hanya manusia biasa, ada kalanya kita perlu menumpahkan air mata dan merasakan setiap rasa sakit dan kepedihan, dirasain setiap sakit dan pedihnya, dirasakan dan disadari dengan seksama, oh gini ya rasanya sedih, oh gini ya rasanya ditinggalin, oh gini ya rasanya dikhianatin, oh gini ya rasanya susah nyari kerja, oh gini ya susahnya cari uang, oh gini ya rasanya diabaikan, oh gini ya rasanya gagal, oh gini ya rasanya jatuh, oh gini ya rasanya ditipu rekan bisnis dan lain sebagainya.

Dengan memberi ruang kehadiran untuk mereka (duka dan derita), maka justru duka, kepedihan, rasa sakit atau kondisi down tersebut akan berangsur-angsur memudar.


Semakin besar rasa penolakan kita terhadap realitas duka, penderitaan dan kesedihan, maka akan semakin dalam pula rasa duka dan penderitaan tersebut, mereka juga sama saja seperti rasa bahagia dan suka cita - duka dan derita juga ingin diterima dengan baik.

Kenapa jika kebahagiaan dan rasa suka cita dengan mudah bisa kita terima dengan baik, tapi ketika saat hadir duka, penderitaan dan kesedihan justru malah kita tolak, mereka juga sama saja seperti rasa bahagia, mereka ingin bertamu dan bertemu di kehidupan kita, yang perlu kita lakukan hanyalah menerima kehadiran mereka dengan baik, menyambut mereka sebagaimana kita menyambut kebahagiaan dan suka cita.

Di kondisi yang demikian, yang diperlukan adalah membangun optimisme positif, yaitu menerima realitas dan kondisi yang saat ini terjadi, namun - tetap memiliki rasa optimis bahwa selalu ada kesempatan dan kemungkinan baik di masa mendatang.


Jangan sampai tertukar, memiliki harapan dan optimisme yang tidak realistis justru akan semakin membuat kita jatuh ke dalam jurang penderitaan yang lebih dalam. Karena, di saat kita terlalu optimis dan yakin bahwa akan ada perubahan baik di masa depan, namun - ketika realitas dan faktanya berkebalikan, misalnya dalam waktu yang berkepanjangan, ternyata tak kunjung ada perubahan, kita akan kecewa berat.

Kuncinya konsepnya adalah seperti ini "Menerima realitas dan segala hal apapun yang terjadi, sambil tetap berusaha melakukan upaya untuk mengubah keadaan, tanpa berpikir dan berharap yang terlalu muluk tentang masa depan", jika dipresentasikan secara angka, maka besarannya adalah seperti ini : 

1. 40% menerima realitas dan kondisi yang terjadi saat ini
2. 40% melakukan upaya perubahan atau aksi
3. 20% harapan dan optimisme

Cukup miliki 20% rasa optimisme atau harapan, 80% kita alokasikan untuk lebih memperbanyak aksi (upaya perubahan) dan penerimaan terhadap realitas.

Dengan demikian, dari tahap itu - kita bisa memulai turning point (titik balik) untuk perlahan rise up (bangkit).
(Dipa amarta wikrama / Sanik radu fatih).***
Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama