Sebuah Seni Melepaskan



Ini adalah artikel distribusi dari www.sanikradufatih.my.id

Di hidup ini, bahkan mungkin sejak dari kecil hingga dewasa, tanpa disadari, kita seringnya lebih banyak dijejali dan ditanamkan dengan rasa ingin mendapatkan, meraih, mengenggam, menggapai, memperoleh, meraup, mencapai dan segala hal yang berkaitan dengan rasa kepemilikan dan ke"Aku"an, tapi jarang sekali diajarkan dan ditanamkan untuk bagaimana caranya memberikan, melepaskan, merelakan, membagikan, mengikhlaskan atau bahkan membuang segala sesuatu yang mungkin tidak diperlukan.

Contoh kecil bahwa hal tersebut telah menjadi pemahaman kolektif yaitu adalah saat kita sering kali mendengar berbagai istilah atau jargon misalnya "Cara meraup cuan di era digital", "Raih cita-cita dan tembus PTN Impian", "Cara mendapatkan A,B,C dan bla bla" atau apapun yang sejenisnya.

Hal itulah yang kemudian membuat kenapa banyak manusia di era modern saat ini lebih sering merasa cemas, khawatir atau dalam beberapa istilah populer kekinian misalnya anxiety, insecure, overthinking dan gejala mental lainnya. Hal itu disebabkan karena kita jarang bahkan mungkin tidak pernah diajarkan untuk melepaskan, kita tak pernah diajarkan untuk siap menghadapi kehilangan dan perpisahan, tak diajari untuk merelakan, tak pernah diajari untuk mengikhlaskan, yang ada hanya bagaimana caranya mendapatkan, meraih dan menghasilkan, tapi jarang untuk dididik dan diajarkan bagaimana caranya melepaskan, bagaimana caranya berbagi, bagaimana caranya merelakan.

Tidak semua hal harus kita ambil, tidak semua hal harus kita genggam, tidak semua hal harus kita dapatkan, tidak semua hal harus kita raih. Ada kalanya kita juga harus melepaskan, ada kalanya kita harus merelakan, ada kalanya kita harus meninggalkan, ada kalanya kita harus berpisah, ada kalanya kita harus berbagi, ada kalanya kita harus memberi.

Hidup ini ibaratkan kita sedang dalam sebuah perjalanan, tidak semua hal yang ditemukan dan didapatkan di setiap perjalanan harus kita ambil dan bawa, karena, semakin banyak muatan maka beban akan semakin berat, semakin banyak yang diambil dan diraup maka tangan kita semakin penuh dan tak bisa memegang atau mengambil barang lagi, yang bisa jadi itu adalah sesuatu yang sebenarnya lebih baik untuk kita bawa.

Maka, di dalam hidup ini tak melulu soal mendapatkan tapi juga soal melepaskan, lepaskan segala ikatan masa lalu yang membuat dirimu terbebani, lepaskan segala rasa sakit dan dendam yang membuat hatimu sakit, buang segala kekecewaan yang pernah orang lain berikan kepadamu. Lepaskanlah apa yang seharusnya dilepaskan, jangan memaksa segala sesuatu untuk terus bersama kita, jika sudah saatnya pergi maka biarkanlah sesuatu itu pergi.

Bukankah kita tak mau menyimpan penyakit di dalam diri, sepertinya halnya saat kita sudah memakan makanan yang paling enak sedunia sekali pun, lalu apakah mungkin kita ingin terus menumpuk dan menyimpannya di dalam perut,? jika sudah waktunya ia dikeluarkan dari tubuh dan menjadi kotoran, apakah kita masih tetap berkeras untuk menahannya sampai sakit perut melilit, bukankah itu tidak mungkin dan mustahil.

Dalam seni melepaskan, kita bisa banyak belajar pada proses sistem pencernaan, simpan dan pertahanan yang baik untuk tubuh, tapi juga mesti melepaskan dan buang yang tidak perlu.

Serap segala pengalaman dan hal yang baik dan bermanfaat yang pernah dilalui dalam hidup dan buang serta lepaskan segala hal yang menjadi penyakit dan beban.

Ketahuilah apa-apa yang baik untukmu dan apa-apa yang buruk untukmu, simpan dan pertahanankan yang baik, buang dan lepaskan yang buruk.

Indikatornya bahwa itu baik atau buruk, bermanfaat atau penyakit adalah ini :

"Jika hal tersebut bisa membuat hati dan batin menjadi tenang, diri menjadi lebih baik, lebih matang dalam berpikir, lebih dewasa dalam bersikap dan bertindak, membuat diri lebih lemah lembut dalam berperilaku, semakin membuat kita mengenali diri kita lebih dalam lagi, membangun kesadaran kita akan hidup, membuat kita makin dekat kepada Tuhan, membuat kita semakin penuh cinta kasih dan mencintai kebaikan, maka itu adalah pertanda bahwa sesuatu tersebut adalah sesuatu hal yang baik."

Tapi, jika yang terjadi adalah sebaliknya, membuat diri menjadi toxic, membuat diri makin banyak mengeluh, membuat batin dan jiwa tidak tentram, semakin membuat overthinking dan hal negatif lainnya, maka itu adalah sesuatu hal yang negatif atau bahkan buruk.

Jadi, sudahkah kita belajar melepaskan dan mengikhlaskan?**
Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama