SCALEUPJOURNEY - Hai sahabat Journian, tak bosan-bosan kita untuk selalu menyapa dan bertanya kabar sahabat semua. Bagaimana kabarnya, gimana nih kondisi hati kalian, keluarga di rumah gimana kabarnya, semoga pada sehat-sehat ya semuanya.
Kali ini kita mau lanjutin pembahasan terkait 4 titik fase dan pola hidup manusia di titik paling akhir, yaitu titik fase ke 4. Sebenarnya, fase ke 4 itu outputnya ada 3 macam, yaitu rise up, stagnan, dan broken.
Sebelumnya, kita sudah membahas 3 fase di titik tahap awal, yaitu, yang pertama fase titik jatuh (falling point). Kedua, titik refleksi (reflection point) dan ketiga, titik bangkitnya kesadaran (awaken point).
Baca juga : Sejati Ning Urip dan Zaman Edan
Kali ini kita akan membahas fase titik keempat atau terakhir, yang terbagi lagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Rise up point
Yaitu titik bangkit dan bergerak, jika fase titik awaken lebih kepada titik bangkit yang bermula dari kesadaran pikiran. Maka, di titik rise up ini, kita sudah mulai bergerak, mulai bangun dan melakukan sesuatu pekerjaan atau aksi.
Setelah melalui proses titik jatuh, refleksi, dan awaken alias bangkitnya kesadaran diri untuk berbenah, maka di titik rise up adalah momen untuk menjalankan apa yang telah diproyeksikan di titik awaken atau titik bangkit kesadaran.
Titik rise up ada titik dimana kita mulai bekerja, melakukan aksi nyata terhadap proyeksi yang kita inginkan. Misalnya, bagi mereka yang sebelumnya berada di fase titik jatuh, seperti misalnya jatuh di karir, bisnis atau bahkan relationship yang ambyar, tapi setelah melakukan perenungan, refleksi dan bangkitnya kesadaran diri, tumbuhnya kematangan dan kedewasaan spiritual, maka dia mulai berbenah, mulai mengumpulkan keping-keping harapan yang tadinya tercecer berantakan untuk disusun kembali dengan lebih rapi, kuat dan kokoh.
Proyeksi tersebut misalnya mencoba lagi untuk membangun karir, mencoba bangkit lagi untuk melakukan bisnis, bangkit lagi dari keterpurukan relationship dan sebagainya. Ia pelajari apa yang menjadi penyebab jatuhnya, agar ia tak jatuh ke dalam lubang yang sama, kemudian mulai menyusun cara dan strategi terkait apa yang harus dilakukan pasca kejadian tersebut.
Baca juga : Rahasiakan Hidupmu
Untuk yang ambyar di karir misalnya, di titik rise up ini ia mulai berbenah diri, mencoba membangun relasi, menambah kemampuan baru, atau mencari tempat, lembaga, atau perusahaan baru yang bisa membuatnya bertumbuh dan berkembang lebih baik.
Begitu pun dengan yang ambyar di relationship, misalnya ia mulai berbenah untuk menambah value (nilai di dalam diri) , memperbaiki cara komunikasi dengan pasangan, dan yang paling penting mulai membuka hati dan membangun lagi kepercayaan secara perlahan dan bertahap.
Intinya, di momen rise up point ini, kita sudah mulai bergerak dan sudah tahu akan bergerak ke arah mana, setidaknya sudah memiliki rancangan, planning dan mapping, untuk bagaimana menjalani kehidupan ke depan yang lebih baik.
2. Stagnan point
Ini adalah titik di mana ketika seseorang sudah kehilangan minat dan harapan besar terkait perubahan diri dan kehidupan. Hal ini bisa terjadi tergantung bagaimana cara dia merefleksikan diri atau kesadaran apa yang dibangun di dalam dirinya. Apakah kesadaran pasif nihilistik absurdis apatis, yaitu melihat dan meyakini bahwa kehidupan dan dunia ini kacau, tak menentu, tak bisa diprediksi dan tak ada baik-baiknya, semuanya dipandang pesimis, seolah tak ada sisi baiknya.
Baca juga : Everything in Life is Not Easy
Pada akhirnya, orang yang berada di titik stagnan akan memilih tidak melakukan apapun dan cenderung pasif serta apatis, seperti mengatakan "ah yaudah lah gini aja, emang harus ngapain lagi, biarin aja begini, buat apa berjuang habis-habisan, korbanin ini itu, lakuin ini itu, elo lakuin hal ini itu juga belum tentu membuat hidup elo jadi lebih baik, cuma ngabisin tenaga dan waktu". Maka, yang demikian telah berada di fase titik stagnan, ia sudah tak peduli apapun, cukup puas dengan status quo. Pasca mengalami kejatuhan, momen perenungan atau refleksi yang keliru, dan munculnya kesadaran pasif, hal itu malah membuatnya menjadi seorang nihilis apatis.
3. Broken point
Ini adalah titik hancurnya seseorang, ia terlalu gelap dalam menangkap seberkas cahaya harapan. Ketika kehilangan sesuatu yang paling dibanggakan, dicintai atau diistimewakan, ia mengalami gelap jiwa dan pikiran.
Ketika karirnya ambyar, bisnisnya ambruk, hubungannya kandas, maka ia merasa bahwa itu adalah akhir hidupnya. Ia tak bisa melihat sudut pandang lain, sebab, hanya terpaku pada peristiwa nahas yang menyakitkan, ia tak bisa melihat peluang dan harapan.
Di titik jatuh, ia tak mampu menerima kenyataan dari peristiwa pedih atau menyakitkan yang di alami, sehingga menghasilkan refleksi yang buruk terhadap diri dan kehidupan.
Baca juga : Tak Ada Kehidupan yang Sempurna
Jangankan mendapatkan titik bangkitnya kesadaran, pelita harapan pun sudah padam. Bagi yang mengalami hal demikian, sebaiknya segera berkonsultasi kepada psikolog atau berbagi cerita kepada orang terpercaya yang mau mengerti dan mampu mendengarkan apa yang menjadi kesakitan batinmu, yang diperlukan adalah seseorang yang mau mendengarkan cerita dan kepedihan atau apapun itu yang di alami.
Tapi, jika sudah berada di titik yang mengkhawatirkan, sebaiknya segera menghubungi psikolog yang berkompeten atau seseorang yang dinilai mampu dan dipercaya untuk membantumu.(@sanik_rdfth)***